Senin, 28 April 2014

Tarucing garing ikut eksis di Japanzuki 9

Minggu, 27 April 2014.
Himabaja mengadakan Japanzuki ke-9. Untuk memeriahkan Ipan Matsuri tersebut, Komunitas Tarucing Garing pun tertarik untuk ikut eksis meski sebagai pengunjung. Acaranya terbuka untuk umum, free lagi. Siapa atuh yang gak suka dengan acara seru yang gratisan?

Mengangkat tema akulturasi budaya Indonesia - Japan yang disingkat IPAN, sedangkan Matsuri itu artinya festival. Kegiatan yang ditampilkan seru-seru. Ada kabaret yang diselenggarakan di lapangan, kocak-kocak, mengocok perut. Minimal perut para pemainnya. Saya juga ikut tertawa sesekali. Tidak pada seluruh adegannya, sebab selalu terhalang oleh penonton yang berdesak-desakkan, membludak.

Obake House, Rumah hantu. Jangan masuk bagi para penakut.
Masih dalam tema akulturasi budaya, sehingga ekspektasi saya sebagai pengunjung hantu yang ada di dalam sana adalah kunti berkimono, suster ngesot pake yukata, genderewo pake bawa katana, tuyul berkuncir kayak samurai atau yang lainnyalah. Ternyata pas masuk, ada adegan anak perawan yang menangis tersedu-sedan, di depannya ada sekujur tubuh ibunya yang terbaring ditutup samping khas orang meninggal. Pas dilihat baik-baik, eh tubuhnya bangun seketika. Kaget dong, terus menjerit keras! Dilanjut ada pocong loncat-loncatan, saya pribadi takut beudh, tubuhnya berdarah-darah. Eh, temen saya malah reunian. Ternyata mereka masih satu keluarga. Terus berkeliling, bertemu hantu-hantuan yang semuanya ternyata khas Indonesia. Loh, kok gak ada hantu jepangnya, Di mana ke jepang-jepangannya? Ternyata jawabannya ada di depan. Namanya bukan rumah hantu, melainkan “Obake House”. Jepang bukan?

Ada lagu-lagu Jepang di panggung. Jadi sedih, soalnya gak ngerti apa yang dibawaain. Tapi ya yang namanya musik, tidak harus selalu dimengerti, cukup dinikmati. Banyak lagu anime jadul. Jadi nostalgia akhirnya. Terlebih ada yang menyanyikan lagu kartun favorit: “Chibi maruko chan”. Asli, walaupun saya seorang laki-laki tulen, film itu lucu. Jadi tontonan tiap minggu waktu SMP. Jadwal tayangnya setelah “Lets and go” di RCTI OKE. 

Dan yang paling seru itu costplay. Foto bareng sama tokoh favorit itu menyenangkan. Saya memakai baju pangsi, temanya juga akulturasi budaya. Pakaian tersebut menjadi istimewa, sebab hanya seorang yang mengenakannya. Entah berperan sebagai siapa. Bisa jadi “Si Kabayan”, atau kata teman saya “Ajip Rosidi”, Sastrawan sunda yang menyebarkan budayanya di Negeri Sakura. Niatnya sih mau ikut jadi costplayer. Kan kayak "Si Kabayan". Tapi sayang, gak ada yang ngeuh, samp-sampe gak ada pengunjung yang minta poto bareng. Hiks hiks.Tapi ya, sudahlah. Semuanya oke. Soalnya yang penting bisa poto-poto bareng sama para Costplayer dan artis yang manggung.

*sughoi

***
Buku Tarucing di samping berbeda sedikit dengan buku Death Note L Ryuzaki. Hampir semua sudah tahu, bahwa ada peraturan yang sakral dalam buku death note, begitupun dalam buku tarucing garing. Ini dia aturan sakral dari buku tarucing garing.
“Orang yang namanya tertulis di buku ini akan garing seumur hidup.”
*Keuntungannya, gak perlu pake anduk setelah mandi. Udah garing.

(ditulis oleh : Mukodas Sinatrya Mayapada)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar